salam

Kamis, 24 November 2011

SEJARAH NGAWI



1. ASAL USUL NAMA NGAWI
Ngawi berasal dari kata “AWI” yang artinya bambu yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “Ng” menjadi “NGAWI” . Seperti halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang di kaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan. Seperti Ngawi menunjukkan suatu tempat yang di sekitar pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang banyak ditumbuhi bambu.

SEJARAH HARI JADI NGAWI
Penelusuran Hari jadi Ngawi dimulai dari tahun 1975, dengan dikeluarkannya SK Bupati KDH Tk. II Ngawi Nomor Sek. 13/7/Drh, tanggal 27 Oktober 1975 dan nomor Sek 13/3/Drh, tanggal 21 April 1976. Ketua Panitia Penelitian atau penelusuran yang di ketuai oleh DPRD Kabupaten Dati Ii Ngawi. Dalam penelitian banyak ditemui kesulitan-kesulitan terutamanarasumber atau para tokoh-tokoh masayarakat, namun mereka tetap melakukan penelitian lewat sejarah, peninggalalan purbakala dan dokumen-dokumen kuno.

Didalam kegiatan penelusuran tersebut dengan melalui proses sesuai dengan hasil sebagai berikut ;
Pada tanggal 31 Agustus 1830, pernah ditetapkan sebagai Hari Jadi Ngawi dengna Surat Keputusan DPRD Kabupoaten Dati II Ngawi tanggal 31 Maret 1978, Nomor Sek. 13/25/DPRD, yaitu berkaitan dengan ditetapkan Ngawi sebagai Order Regentschap oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Pada tanggal 30 September 1983, dengan Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi nomor 188.170/2/1983, ketetapan diatas diralat dengan alas an bahwa tanggal 31 Agustus 1830 sebagai Hari Jadi Ngawi dianggap kurang Nasionalis, pada tanggal dan bulan tersebut justru dianggap memperingati kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
Menyadari hal tersebut Pada tanggal 13 Desember 1983 dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi nomor 143 tahun 1983, dibentuk Panitia/Tim Penelusuran dan penulisan Sejarah Ngawi yang diktuai oleh Drs. Bapak MOESTOFA.
Pada tanggal 14 Oktober di sarangan telah melaksanakan simposium membahas Hari Jadi Ngawi oleh Bapak MM.Soekarto

K, Atmodjo dan Bapak MM. Soehardjo Hatmosoeprobo dengan hasil symposium tersebut menetapkan ;
Menerima hasil penelusuran Bapak Soehardjo Hatmosoeprobo tentang Piagam Sultan Hamengku Buwono tanggal 2 Jumadilawal 1756 Aj, selanjutkan menetapkan bahwa pada tanggal 10 Nopember 1828 M, Ngawi ditetapkan sebagai daerah Narawita (pelungguh) Bupati Wedono Monco Negoro Wetan. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari perjalanan Sejarah Ngawi pada jaman kekuasaan Sultan Hamengku Buwono.
Menerima hasil penelitian Bapak MM. Soekarto K. Atmodjo tentang Prasasti Canggu tahun 1280 Saka pada masa pemerintahan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk. Selanjutmya menetapkan bahwa pada tanggal 7 Juli 1358 M, Ngawi ditetapkan sebagai Naditirapradesa (daerah penambangan) dan daerah swatantra. Peristiwa tersebut merupakan Hari Jadi Ngawi sepanjang belum diketahui data baru yang lebih tua.

Melalui Surat Keputusan nomor : 188.70/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 DPRD Kabupaten Dati II Ngawi telah menyetujui tentang penetapan Hari Jadi Ngawi yaitu pada tanggal 7 Juli 1358 M. Dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi No. 04 Tahun 1987 pada tanggal 14 Januari 1987. Namun Demikian tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelusuran lebih lanjut serta menerima masukan yang berkaitan dengan sejarah Ngawi sebagai penyempurnaan di kemudian hari.

sumber : http://www.ngawikab.go.id/home/?page_id=549

1.Asal Nama Indonesia
Istilah untuk nama Indonesia terbentuk dari kata indo dan nesia. Istilah indo berasal dari kata Indie, sedangkan nesia berasal dari kata nesos yang berarti kepulauan. Jadi, kata Indonesia berarti Kepulauan Indie, yaitu deretan kepulauan yang berada di antara benua Asia dan Australia. Selanjutnya, siapakah tokoh-tokoh yang menemukan dan memperkenalkan nama tersebut kepada masyarakat dunia?

Istilah Indonesia ditemukan oleh James Richardson Logan, seorang ahli hukum kelahiran Skotlandia pada tahun 1847. Istilah Indonesia kemudian dipergunakan oleh Maxwell dalam bukunya yang berjudul "The Island of Indonesia" pada tahun 1862. Nama Indonesia makin terkenal berkat jasa Prof. Adolf Bastian yang menulis buku "Indonesien Oder die Inselndes Malaychen Archiples" pada tahun 1884.

Pada tahun 1859, Multatuli (E.F.E Douwess Dekker) memakai istilah Insulinde pada bukunya yang berjudul "Max Havelar", yang tidak lain adalah istilah untuk Indonesia. Pada tahun 1913, muncul istilah Indonesische dari kalangan pelajar dan mahasiswa kita di Negri Belanda. Tanggal 28 Oktober 1928 nama Indonesia diikrarkan menjadi nama resmi bangsa yang mendiami wilayah kepulauan dari Sabang (Aceh) sampai Merauke (Papua). Sejak tanggal 17 Agustus 1945 nama Indonesia resmi menjadi nama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan diahkannya UUD 1945 sebagai undang-undang dasar negara pada 18 Agustus 1945, maka segala sesuatu dalam perikehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan berbagai wawasannya diatur menurut dan berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila beserta asas-asasnya.


2.Sebutan Indonesia
Pada abad ke-4 Masehi dalam kitab Ramayana, tanah air kita dengan Dvipanta atau Dwipantara yang berasal dari kata dvipa atau dwipa yang berarti pulau-pulau. Serta kata antara tang diartikan wilayah yang berada di antara. Jadi Dvipantara atau Dwipantara diartikan sebagai "kepulauan di antara muara Sungai Gangga dan Samudra Teduh (Samudra Pasifik)."
Menurut prasasti Gunung Wilis (1269 M), pada zaman Prabu Kertanegara dari kerajaan Singasari, ditemukan istilah Nusantara yang terbentuk dari kata nusa yang berarti pulau atau kepulauan dan antara. Nusantara berrati Keplauan di antara Pulau Nicobar dan Pulau Bismark yang menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Singasari di Jawa Timur.
Dalam buku Negarakertagama (1365 M) ditemukan istilah Nuswantara, yang dimaksudkan pula-pulau Majapahit yang berada diluar yang telah dikuasai dan bersahabat dengan Majapahit. Selanjutnya oleh Mahapatih Gajah Mada, gugusan kepulauan dinamakan Mandala Nuswantara.
Menurut Sejarah Melayu dikenal dengan istilah Nusa Tamara yang ternyata sebutan lain Nusantara.
Menurut tulisan Camunda (1332 M) ditemukan istilah Sadwipantar, Degantara, Dirgantara yang tidak lain adalah Nusantara.
John Crawfurd menamakan Nusantara dengan istilah Indian Archipelago yang diartikan gugusan kepulauan di sebelah timur Sungai Gangga, Selanjutnya istilah itu merupakan sebutan wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya, atau disebut benua Kepulauan.
Menurut istilah Belanda, Indonesia disebut sebagai Indische Arcipel yang berarti Kepulauan India. Maka wilayah yang dijajah Belanda disebut dengan nama Netherlands Oost Indische Archipel.
Multatuli (E.F.E Douwess Dekker) dalam bukunya Max Havelar menyebut Indonesia dengan Insulinde yan terbentuk dari kata Inselnds dan Indie yang artinya pulaupulau Hindia
Menurut Peter W. Schmith, kepulauan Indonesia disebut Gugusan Kepulauan Austronesia, yaitu pulau-pulau di selatan yang membentang dari Madagaskas sampai Pulau Paskah.
Prof. Dr. ST. Munadjat Danusaputro, SH menyebut Indonesia sebagai Indrajaya karena posisi Indonesia di antara jalan silang transportasi dan komunikasi dunia. Indrajaya merupakan singkatan dari "Indonesia Raya di Antara Jalan Silang Dunia".


Cek TKPnya : http://menujuhijau.blogspot.com/2011/04/asal-usul-dan-sebutan-indonesia.html#ixzz1eatn7qmy